Bekerjalah Maksimal tetapi Bukan untuk Mengejar Jabatan
Kesuksesan berkarir pada bidang yang Anda kuasai namun tak sepenuhnya disukai, berada pada posisi tinggi dalam suatu perusahaan, dan berpenghasilan besar dengan status sosial tinggi tak lantas mendatangkan kebahagiaan seutuhnya. Bukan berarti tak puas atau tak bersyukur dengan apa yang dipunya. Namun ada masa ketika seseorang sudah memiliki segalanya, ia justru merasa berada pada satu titik dengan perasaan hampa. Pada titik inilah seseorang tergerak untuk menemukan kebahagiaan sejatinya.
Inilah yang dirasakan Cindy Sally Edina, Pemenang Young Caring Professional Award (YCPA) 2011, ajang pemilihan untuk profesional dan entrepreneur perempuan dari Caring Colors Martha Tilaar. Setelah sukses dalam karirnya di bidang advertising, Cindy memutuskan mengejar kebahagiaannya, menjadi seorang pelukis dan pekerja seni serta mencipta sendiri berbagai peluang kerja menggali sisi seni dalam dirinya.
Bagi Cindy, bekerja untuk sekadar mengejar status tak memberikannya kebahagiaan. "Bekerja tidak harus punya jabatan. Profesi bisa diciptakan sendiri. Saya tujuh tahun bekerja sebagai media marketing manager, namun saya merasa kosong, meski punya uang tapi saya merasa tidak bahagia," ungkapnya kepada Kompas Female di sela kegiatan kelas kecantikan bersama Caring Colors di Jakarta.
Menurut Cindy, tak sedikit orang yang kalau sudah bekerja di suatu tempat, ia terikat dengan status. Jabatan menjadi incaran juga motivasinya dalam bekerja di sebuah perusahaan besar. Ketika berhasil, ia pun kemudian dikenal oleh banyak orang karena nama besar perusahaan tempatnya bekerja, bukan sebagai pribadi.
"Kalau tak lagi bekerja untuk perusahaan itu, lantas siapa kita? Saya lebih ingin dikenal sebagai saya, seorang manusia bukan seseorang yang bekerja di perusahaan tertentu. Siapa saya, apakah saya, apa yang bisa saya wariskan nanti Pertanyaan-pertanyaan ini mengusik saya, dan membuat saya berpikir kembali karena saya merasa kosong meski memiliki kehidupan mewah saat itu," ungkapnya.
Butuh tujuh tahun bagi Cindy untuk memberanikan diri membuat pilihan, menjalani kehidupan baru di luar zona nyamannya. Perempuan kelahiran Jakarta, 28 Oktober 1981 ini kemudian memutuskan berhenti bekerja di usia 26, meninggalkan semua kemewahan yang dimilikinya, status, gaji besar, jabatan tinggi. Ia kemudian meretas jalan baru, menggeluti profesi baru yang memberikannya kebahagiaan mengisi ruang kosong dalam dirinya, menjadi pelukis dan pekerja seni mulai 2010.
"Saya suka menggambar sejak Taman Kanak-Kanak, sejak itu tak ada yang menghentikan saya menggambar. Dulunya saya ingin masuk sekolah seni, tapi tidak diizinkan," tuturnya.
Berani dan yakin
Inilah yang dirasakan Cindy Sally Edina, Pemenang Young Caring Professional Award (YCPA) 2011, ajang pemilihan untuk profesional dan entrepreneur perempuan dari Caring Colors Martha Tilaar. Setelah sukses dalam karirnya di bidang advertising, Cindy memutuskan mengejar kebahagiaannya, menjadi seorang pelukis dan pekerja seni serta mencipta sendiri berbagai peluang kerja menggali sisi seni dalam dirinya.
Bagi Cindy, bekerja untuk sekadar mengejar status tak memberikannya kebahagiaan. "Bekerja tidak harus punya jabatan. Profesi bisa diciptakan sendiri. Saya tujuh tahun bekerja sebagai media marketing manager, namun saya merasa kosong, meski punya uang tapi saya merasa tidak bahagia," ungkapnya kepada Kompas Female di sela kegiatan kelas kecantikan bersama Caring Colors di Jakarta.
Menurut Cindy, tak sedikit orang yang kalau sudah bekerja di suatu tempat, ia terikat dengan status. Jabatan menjadi incaran juga motivasinya dalam bekerja di sebuah perusahaan besar. Ketika berhasil, ia pun kemudian dikenal oleh banyak orang karena nama besar perusahaan tempatnya bekerja, bukan sebagai pribadi.
"Kalau tak lagi bekerja untuk perusahaan itu, lantas siapa kita? Saya lebih ingin dikenal sebagai saya, seorang manusia bukan seseorang yang bekerja di perusahaan tertentu. Siapa saya, apakah saya, apa yang bisa saya wariskan nanti Pertanyaan-pertanyaan ini mengusik saya, dan membuat saya berpikir kembali karena saya merasa kosong meski memiliki kehidupan mewah saat itu," ungkapnya.
Butuh tujuh tahun bagi Cindy untuk memberanikan diri membuat pilihan, menjalani kehidupan baru di luar zona nyamannya. Perempuan kelahiran Jakarta, 28 Oktober 1981 ini kemudian memutuskan berhenti bekerja di usia 26, meninggalkan semua kemewahan yang dimilikinya, status, gaji besar, jabatan tinggi. Ia kemudian meretas jalan baru, menggeluti profesi baru yang memberikannya kebahagiaan mengisi ruang kosong dalam dirinya, menjadi pelukis dan pekerja seni mulai 2010.
"Saya suka menggambar sejak Taman Kanak-Kanak, sejak itu tak ada yang menghentikan saya menggambar. Dulunya saya ingin masuk sekolah seni, tapi tidak diizinkan," tuturnya.
Berani dan yakin
Tak mudah meninggalkan zona nyaman untuk mengejar sesuatu yang belum tampak namun diyakini dapat memberikan kebahagiaan. Cindy mengaku menjalani masa sulit dan menerimanya sebagai konsekuensi atas keputusan ekstrem yang dibuatnya.
"Cara saya memang cenderung ekstrem. Saya langsung berhenti kerja, merantau ke luar negeri mencari tempat yang jauh untuk menghilang sementara menemukan diri sendiri," ungkapnya.
Sebelum fokus menjadi pelukis, Cindy mengatasi masa transisinya dengan mencoba profesi baru konsultan keuangan pada perusahaan asuransi. Waktu kerja yang fleksibel sebagai konsultan keuangan memungkinkan baginya untuk menemukan profesi yang paling diinginkan dalam hidupnya. Setelah 2-3 tahun, Cindy akhirnya meyakini bahwa profesi yang paling tepat untuknya dan mengisi ruang kosong dalam dirinya, adalah menjadi pelukis dan pekerja seni.
Akan lebih mudah bagi seseorang untuk menjadi apa yang dunia inginkan, katanya. Namun kalau itu yang dilakukan, lama kelamaan seseorang akan kehilangan jati dirinya. Dan Cindy tak ingin kehilangan jati dirinya. Meski harus melewati proses berat dalam peralihannya menjadi pelukis, Cindy pantang kembali ke kehidupan lamanya dan memilih untuk meneruskan pilihan barunya.
"Berat, karena sudah terbiasa digaji, tapi sejak mandiri keuangan jadi bermasalah. Bekerja sendiri berbeda dengan kerja kantoran yang mendapatkan 'subsidi' tiap bulan. Sedangkan sejak menjadi pelukis, belum tentu setiap bulan lukisan terjual," jelas Cindy yang biasanya menghasilkan satu lukisan dalam waktu 1-2 bulan, dan jika cocok ia menjualnya dengan nilai yang bisa menghidupinya hingga 3-6 bulan ke depan.
Meski tak senyaman saat menjadi karyawan, Cindy mengaku justru pilihannya untuk mandiri mengasah jiwa entrepreneur dan membuatnya lebih kuat dan yakin atas apa yang dilakoninya.
Menjadi pelukis dan pekerja seni justru membuka lebih banyak kesempatan baginya. Cindy mengungkapkan, lukisan bukan satu-satunya mata pencahariannya. Ia pun mulai dikenal sebagai Cindy, sosok perempuan yang bertalenta dan inspiratif. Selain dari lukisan, ia pun kerap mendapatkan bayaran lantaran berbagi pengalaman dan keterampilannya di bidang seni. "Saat butuh uang, saya menerima dalam jumlah yang melebihi kebutuhan," ungkapnya.
Berbagai peluang kerja juga semakin terbuka ketika jaringan semakin luas, salah satunya melalui program YCPA yang memberikannya kesempatan untuk berbagi pengalaman di depan publik. "Selalu ada jalan untuk melakukan apa yang kita inginkan. Tidak mudah memang tapi selama kita memberikan yang terbaik, pasti ada jalan," tutur perempuan yang sukses menjual lukisannya hingga ke Kanada dan Perancis.
Kini, Cindy tak hanya menikmati kegiatan melukis dan menjual karya seninya untuk menghidupi diri. Ia pun tergerak untuk mencipta lagi peluang baru, salah satunya terlibat dalam pembuatan album musik penyembuhan diri. "Album ini dibuat untuk pemulihan diri lewat nada dan melodi, penggabungan psikologi dan spiritualisme," tutur Cindy yang dipercaya sebagai project coordinator untuk pembuatan Album ini. Kesempatan pun kian terbuka lebar untuk Cindy menciptakan profesi-profesi baru berbekal kemampuannya di bidang seni. Seperti dikatakannya, "Kita bisa menciptakan sendiri profesi yang kita mau, bukan sekadar bekerja untuk mengejar status semata."
"Cara saya memang cenderung ekstrem. Saya langsung berhenti kerja, merantau ke luar negeri mencari tempat yang jauh untuk menghilang sementara menemukan diri sendiri," ungkapnya.
Sebelum fokus menjadi pelukis, Cindy mengatasi masa transisinya dengan mencoba profesi baru konsultan keuangan pada perusahaan asuransi. Waktu kerja yang fleksibel sebagai konsultan keuangan memungkinkan baginya untuk menemukan profesi yang paling diinginkan dalam hidupnya. Setelah 2-3 tahun, Cindy akhirnya meyakini bahwa profesi yang paling tepat untuknya dan mengisi ruang kosong dalam dirinya, adalah menjadi pelukis dan pekerja seni.
Akan lebih mudah bagi seseorang untuk menjadi apa yang dunia inginkan, katanya. Namun kalau itu yang dilakukan, lama kelamaan seseorang akan kehilangan jati dirinya. Dan Cindy tak ingin kehilangan jati dirinya. Meski harus melewati proses berat dalam peralihannya menjadi pelukis, Cindy pantang kembali ke kehidupan lamanya dan memilih untuk meneruskan pilihan barunya.
"Berat, karena sudah terbiasa digaji, tapi sejak mandiri keuangan jadi bermasalah. Bekerja sendiri berbeda dengan kerja kantoran yang mendapatkan 'subsidi' tiap bulan. Sedangkan sejak menjadi pelukis, belum tentu setiap bulan lukisan terjual," jelas Cindy yang biasanya menghasilkan satu lukisan dalam waktu 1-2 bulan, dan jika cocok ia menjualnya dengan nilai yang bisa menghidupinya hingga 3-6 bulan ke depan.
Meski tak senyaman saat menjadi karyawan, Cindy mengaku justru pilihannya untuk mandiri mengasah jiwa entrepreneur dan membuatnya lebih kuat dan yakin atas apa yang dilakoninya.
Menjadi pelukis dan pekerja seni justru membuka lebih banyak kesempatan baginya. Cindy mengungkapkan, lukisan bukan satu-satunya mata pencahariannya. Ia pun mulai dikenal sebagai Cindy, sosok perempuan yang bertalenta dan inspiratif. Selain dari lukisan, ia pun kerap mendapatkan bayaran lantaran berbagi pengalaman dan keterampilannya di bidang seni. "Saat butuh uang, saya menerima dalam jumlah yang melebihi kebutuhan," ungkapnya.
Berbagai peluang kerja juga semakin terbuka ketika jaringan semakin luas, salah satunya melalui program YCPA yang memberikannya kesempatan untuk berbagi pengalaman di depan publik. "Selalu ada jalan untuk melakukan apa yang kita inginkan. Tidak mudah memang tapi selama kita memberikan yang terbaik, pasti ada jalan," tutur perempuan yang sukses menjual lukisannya hingga ke Kanada dan Perancis.
Kini, Cindy tak hanya menikmati kegiatan melukis dan menjual karya seninya untuk menghidupi diri. Ia pun tergerak untuk mencipta lagi peluang baru, salah satunya terlibat dalam pembuatan album musik penyembuhan diri. "Album ini dibuat untuk pemulihan diri lewat nada dan melodi, penggabungan psikologi dan spiritualisme," tutur Cindy yang dipercaya sebagai project coordinator untuk pembuatan Album ini. Kesempatan pun kian terbuka lebar untuk Cindy menciptakan profesi-profesi baru berbekal kemampuannya di bidang seni. Seperti dikatakannya, "Kita bisa menciptakan sendiri profesi yang kita mau, bukan sekadar bekerja untuk mengejar status semata."
Terima Kasih & Semoga Sukses !
Tim Kontributor LoKerNesia